Rabu, 29 Oktober 2008

SIKAP PKB KOTA BOGOR Terhadap HASIL PILKADA KOTA BOGOR

PERS RELEASE

DEMI KEBANGKITAN & KEDAMAIAN KOTA BOGOR

PKB KOTA BOGOR MENETAPKAN DIRI SEBAGAI PARTAI

“KRITIS – KONSTRUKTIF-SOLUTIF’

Setelah kita melewati proses PILKADA KOTA BOGOR 2008, yang berlangsung cukup terbuka dan demokratis dengan beberapa catatan, PKB Kota Bogor mempunyai sikap dan catatan untuk pengembangan demokrasi dan pembangunan berkelanjutan KOTA BOGOR sebagai berikut:

  1. PKB Kota Bogor mengucapkan selamat kepada pasangan DIANI-RU’YAT yang berhasil mendapatkan suara paling banyak dalam PILKADA kali ini. Semoga amanat ini dapat diemban sebaik mungkin.
  2. PKB Kota Bogor tetap berharap kepada aparat hukum untuk segera memproses masalah hukum yang terjadi selama PILKADA maupun kasus hukum diluar PILKADA yang menimpa kepada pasangan kandidat walikota/wakil walikota KOTA BOGOR sehingga ini akan mengurangi beban bagi kepemimpinan Kota Bogor lima tahun ke depan.
  3. Untuk mengawal proses demokrasi dan pembangunan KOTA BOGOR lima tahun kedepan, PKB Kota Bogor memposisikan diri sebagai partai “KRITIS – KONSTRUKTIF-SOLUTIF’ dalam artian

KRITIS : PKB Kota Bogor akan selalu responsive dan kritis terhadap kebijakan yang dikeluarkan Walikota Bogor baik yang berhubungan dengan pengelolaan pemerintahan maupun kebijakan umum yang berdampak langsung kepada masyarakat Kota Bogor.

KONSTRUKTIF : Kritik yang disampaikan PKB Kota Bogor tetap dilandasi fakta-fakta dan acuan teoritis teruji dalam kerangka ikut membangun KOTA BOGOR menjadi lebih baik.

SOLUTIF : PKB Kota Bogor siap memberikan alternatif solusi bagi permasalahan Kota Bogor. Kami akan siap memberikan jasa konsultasi bagi pengembangan Kota Bogor dengan tenaga ahli yang mumpuni.

  1. Untuk mengamankan sikap partai ini, kami instruksikan kepada seluruh kader PKB baik distruktural maupun non structural (PKB Kultural) serta para Caleg untuk tetap memantapkan langkah dan gerak yang digariskan partai untuk meraih kemenangan pada PEMILU 2009.
  2. Kami menghimbau kepada sebagian kader PKB maupun warga nahdhiyin yang selama PILKADA berbeda sikap dan pandangan politiknya untuk segera melupakan semua hiruk pikuk PILKADA, dan kembalilah melakukan kerja-kerja partai secara kongkrit yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat untuk meraih kemenangan PKB Kota Bogor dalam PEMILU 2009.

Demikian, catatan & sikap PKB Kota Bogor mengenai PILKADA KOTA BOGOR dan langkah PKB menghadapi PEMILU 2009. Semoga apa yang telah kita lakukan dan upayakan serta diimpikan tetap mendapat ridho Allah Swt. Amin.

Bogor, 28 Oktober 2008

DPC PKB Kota Bogor

Ir. Heri Firdaus

Ketua

Senin, 27 Oktober 2008

DIANI TUNTASKAN PILKADA KOTA BOGOR


Sabtu, 25 oktober 2008 masyarakat kota bogor telah menetapkan pilihan mereka untuk memilih pemimpinnya lima tahun kedepan. Hasil perhitungan sementara, pasangan Diani-Ru'yat yang diususng partai gajah (tiga besar pemenang pemilu 2004 kota bogor, GOLKAR, PKS, & PDIP) berhasil mempertahankan dominasinya. Ini juga tak luput dari kekuatan figur Incumbent (DIANI BUDIARTO) yang secara cerdik mampu memainkan posisi beliau sebagai walikota. Dengan melekatnya jabatan walikota (karena MK memutuskan walikota tdk perlu mundur) maka, secara otomatis kesempatan untuk memperkenalkan beliau sangat besar.

Ditengah kondisi masyarakat yang menurut cacatan kami masih tidak peka politik seratus persen, peran pak Diani sebagai walikota sangat menentukan. Apalagi beliau secara kasus hukum masih bersih, sehingga mempersulit lawan-lawan politik beliau untuk menjatuhkannya. Kecerdikan pak diani, memecah kekuatan para ulama turut andil bagian mensukseskan beliau menduduki kursi kembali. Apalagi seperti kita ketahui, masyarakat kota bogor sangat cair, cenderung pragmatis, dalam artian ideologisasinya tidak kuat. Dengan kondisi demikian, siapa yang mampu mempengaruhi secara instan dialah yang mampu mengambil suara mereka.

Ya.. kemenangan pak Diani - Ru'yat bisa dikatakan kemenangan pak Diani semata. apalagi ditengah gugatan yang semakin kecang untuk menuntaskan kasus pak Ru'yat dalam kasus korupsi berjamaah bersama p sahid yang telah dieksekusi sebelumnya. Pertanyaannya, apakah ini akan menjadi pengulangan kembali dimana periode sebelumnya pak Diani sendirian memimpin? dan apakah sekarang sengaja pak Ru'yat akan dikorbankan sehingga pak Diani memimpin sendirian kembali? jika ini terjadi, ini menunjukkan kehebatan seorang Diani Budiarto.. bisa jadi ini grand scenario yang digagas jauh-jauh hari..

ya kita liat aja perkembangan...
semoga bogor tetap menjadi tempat yang nyaman bagi semua orang..
semoga bogor tetap menjadi tempat yang aman bagi pelancong...
semoga bogor tetap menjadi tempat yang khusuk bagi para peziarah..
semoga pak Diani Budiarto tetap konsisten dengan gaya kepemimpinannya..

Jumat, 17 Oktober 2008

PKB Anggap Caleg Termudanya Magang di DPR


PDF Cetak

natania
Nathania Regina - Dapil KEPRI
JAKARTA
- Nathania Regina, calon anggota legislative termuda dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), terus mendapat sorotan publik. Usianya yang menginjak 21 tahun ini mendapat pandangan miring berbagai kalangan. Bagaimana Ketua Umum Dewan Tanfidz PKB menanggapinya? "Saya kira posisinya magang ya. Dan jika terpilih, posisinya itu untuk memproses mematangkan organisasi buatnya," kata Muhaimin di sela-sela halal bihalal di rumah dinasnya, Jalan Denpasar Raya, Jakarta, Minggu (12/10/2008).

Cak Imin, panggilan Muhaimin, berharap kehadiran Regina dapat memberi penyegaran di partainya. "Biar saja rakyat sana (Kepulauan Riau) yang memilih apakah dia layak atau tidak," tukasnya.

Ditanya apakah kehadiran Regina karena untuk memenuhi kuota 30 persen caleg perempuan PKB, Muhaimin berujar, "Caleg perempuan dari PKB sudah cukup terpenuhi," tuturnya. (kem) www.okezone.com

Quo Vadis Lingkungan Kita?

Tingkat dan akselerasi kerusakan lingkungan hidup di Indonesia saat ini, telah lebih jauh berubah menjadi masalah sosial yang pelik. Aktifitas pembangunan saat ini yang terus memacu pertumbuhan ekonomi telah menimbulkan masalah-masalah sosial seperti mengabaikan hak-hak rakyat atas kekayaan alam, marjinalisasi dan pemiskinan karena pertumbuhan ekonomi ini telah diserahkan pada kekuatan-kekuatan modal besar yang semata-mata berorientasi kepada keuntungan.
Ditambah lagi dengan kongkalikong dengan birokrat dan politikus busuk di legeslatif, maka jalan eksploitasi lingkungan hidup semakin lancar dan mulus. Oleh karena itu permasalahan lingkungan hidup juga bukan masalah yang berdiri sendiri dan harus dipandang sebagai masalah sosial kolektif yang bernuansa politis ekonomis.
Oleh karenanya, masalah lingkungan hidup saat ini mau tidak mau juga harus mentransformasikan dirinya menjadi sebuah gerakan social yang bersifat politis ekonomis dan kultural. Artinya seluruh komponen masyarakat seperti buruh, petani, nelayan guru, kaum profesional, pemuda, mahasiswa, remaja, anak-anak dan kaum perempuan harus bersatu melawan ketidak adilan dan pengrusakan lingkungan hidup.

Sektor Kehutanan
Indonesia merupakan rumah dari hutan hujan terluas di seluruh Asia, dan Indonesia terus mengembangkan lahan-lahan tersebut untuk mengakomodasi kebutuhan populasinya yang semakin meningkat serta pertumbuhan ekonominya yang terus dipacu tanpa batas.
Sekitar tujuh belas ribu pulau-pulau di Indonesia membentuk kepulauan yang membentang di dua alam biogeografi - Indomalayan dan Australasian - dan tujuh wilayah biogeografi, serta menyokong luar biasa banyaknya keanekaragaman hayati dan penyebaran spesies-spesiesnya.
Dari sebanyak 3.305 spesies amfibi, burung, mamalia, dan reptil yang diketahui di Indonesia , sebesar 31,1 persen masih ada dan 9,9 persen terancam punah. Indonesia merupakan rumah bagi setidaknya 29.375 spesies tumbuhan vasikular, yang 59,6 persennya masih ada. Semua ini menggambarkan bagaimana potensi hutan Indonesia sekarang ini dan ancaman kerusakannya di masa depan jika permasalahan ini tak ditangani secara serius.

Kerusakan Hutan Yang Semakin Masif
Saat ini, hanya kurang dari separuh Indonesia yang memiliki hutan alami, hal ini merepresentasikan penurunan signifikan dari luasnya hutan pada awalnya. Antara 1990 dan 2005, negara ini telah kehilangan lebih dari 28 juta hektar hutan, termasuk 21,7 persen hutan perawan. Penurunan hutan-hutan primer yang kaya secara biologi ini adalah yang kedua di bawah Brazil pada masa itu, dan sejak akhir 1990an, penggusuran hutan primer makin meningkat hingga 26 persen. Kini, hutan-hutan Indonesia adalah beberapa hutan yang paling terancam punah di muka bumi.
Jumlah hutan-hutan di Indonesia sekarang ini makin turun dan banyak dihancurkan berkat penebangan hutan, penambangan, perkebunan agrikultur dalam skala besar, kolonisasi, dan aktivitas lain yang substansial, seperti memindahkan pertanian dan menebang kayu untuk bahan bakar.
Luas hutan hujan semakin menurun, mulai tahun 1960an ketika 82 persen luas negara ditutupi oleh hutan hujan, menjadi 68 persen di tahun 1982, serta menjadi 53 persen di tahun 1995, dan 49 persen saat ini. Bahkan, banyak dari sisa-sisa hutan tersebut yang bisa dikategorikan hutan yang telah ditebangi dan terdegradasi.
Efek dari berkurangnya hutan ini pun meluas, tampak pada aliran sungai yang tidak biasa, erosi tanah, dan berkurangnya hasil dari produk-produk hutan. Polusi dari pemutih khlorin yang digunakan untuk memutihkan sisa-sisa dari tambang telah merusak sistem sungai dan hasil bumi di sekitarnya sebagaimana yang terjadi di Papua di sekitar wilayah penambangan Freeport di mana sagu, sampan dan sungai (3 S) yang menjadi sumber hidup orang Papua telah menjadi rusak.
Sementara perburuan ilegal telah menurunkan populasi dari beberapa spesies yang mencolok, di antaranya orangutan (terancam), harimau Jawa dan Bali (punah), serta badak Jawa dan Sumatera (hampir punah). Di pulau Irian Jaya, satu-satunya sungai es tropis memang mulai menyurut akibat perubahan iklim, namun juga akibat lokal dari pertambangan dan penggundulan hutan
Di Indonesia, penebangan kayu secara legal mempengaruhi 700.000-850.000 hektar hutan setiap tahunnya, namun penebangan hutan illegal yang telah menyebar meningkatkan secara drastis keseluruhan daerah yang ditebang hingga 1,2-1,4 juta hektar, dan mungkin lebih tinggi. Di tahun 2004, Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim mengatakan bahwa 75 persen dari penebangan hutan di Indonesia ilegal. Meskipun ada larangan resmi untuk mengekspor kayu dari Indonesia , kayu tersebut biasanya diselundupkan ke Malaysia , Singapura, dan negara-negara Asia lain. Dari beberapa perkiraan, Indonesia kehilangan pemasukan sekitar 1 milyar USD pertahun dari pajak akibat perdagangan gelap ini.
Penambangan ilegal ini juga merugikan bisnis kayu yang resmi dengan berkurangnya suplai kayu yang bisa diproses, serta menurunkan harga internasional untuk kayu dan produk kayu. (Sumber: Indie www.trulyjogja.com)

Jeda Tebang Saat ini Juga
Kita tidak punya pilihan. Penebangan hutan harus dihentikan segera, dan seluruh tanah-tanah negara harus kembali direhabilitasi. Ditanami pohon kembali. Terutama di Pulau Jawa. Keterlambatan pengambilan keputusan dan tindakan nyata akan berdampak terjadinya bencana.Jangan biarkan negara jamrud khatulistiwa ini menjadi gurun khatulistiwa. Indonesia harus dinyatakan tertutup untuk perkebunan-perkebunan yang menggusur hutan-hutan demi keuntungan ekonomis semata-mata.
Dalam hal ini Hak kelola rakyat atas hutan menjadi sesuatu yang harus segera dilaksanakan sebagai aspek keadilan dalam distribusi kesejahteraan.=

(Oleh : Setya Dharma S.Pelawi)
Penulis adalah Caleg PKB DPR-RI
Dapil Jabar III Kota Bogor & Kabupaten Cianjur

KH. Lukman Hakim dan Islam Kebelet


KH. Lukman Hakim dan Islam Kebelet
10 Oktober 2008 14:26:25

www.gusmus.net


Orangnya kalem dan sederhana. Tapi, justru kekalemannya itu bikin orang penasaran. Ya, begitulah keseharian Lukman Hakim yang kesohor sebagai sufiolog (ahli tentang tasawuf), dosen dan juga penulis banyak buku. Dalam sebuah acara pengajian di bilangan Matraman, alumnus Pesantren Tebuireng, Jombang ini hadir menjadi pembicara.

Kali ini, ia mengudar persoalan tasawuf dalam kaitannya dengan pencapaian dunia yang damai. “Kalangan pluralis sering menghubungkan perdamaian dengan ayat,” Wahai manusia sesungguhnya kalian diciptakan terdiri dari laki-laki dan perempuan dan kami jadikan kalian berkelompok- kelompok dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal (lita’arafu)”. Dalam perspektif sufi, tafsir terhadap kata-kata “lita’arafu” bukan sekedar saling kenal-mengenal dan saling mencerdaskan, tetapi saling mengenalkan ma’rifatullah kepada sesama,” urainya didepan sekitar 50-an peserta.

Pemimpin Majalah Sufi ini, melihat Islam sekarang dalam tiga model. Pertama, Islam yang lagi kebelet mau ke kamar kecil dengan segala ketidaksabarannya. Biasanya, Islam model ini dengan modal sedikit pengetahuan tentang Islamnya pengen segalanya harus selesai dengan atas nama Islam. Kedua, setelah sampai di dalam WC, ada model Islam ngeden. Islam model ini, biasanya sering memaksakan sesuatu atas nama Islam yang sesungguhnya itu bukan Islam, tetapi nafsu Islam. Biasanya Islam model ini pengen cepat selesai segala urusanya dengan instan. Seperti kita lihat sekarang, ada gerakan-gerakan ritual dzikir instan. Dengan dzikir massal, lalu Tuhan disuruh bekerja. Ketiga, model Islam keluar dari WC, lalu melupakan WC dan penjaganya. Penjaga WC ternyata para kyai. “Kayak sekarang, para kyai diajak rembugan untuk ikut menyelesaikan persoalan bangsa. Tapi, setelah selesai, para kyai selalu ditinggalkan. Pahahal, kalau kebelet kembali lagi ke WC,” ujarnya dengan memakai metafora. Yah, begitulah, pak sufi. (mz)

Kamis, 02 Oktober 2008

Empat Karakter Capres AS


Oleh KH. Abdurrahman Wahid

Saat ini Amerika Serikat sedang mendekati pemilu presiden dan wakil presiden karena masa jabatan George W Bush akan berakhir pada 20 Januari 2009. Maka, pemenang pemilu yang akan menggantikannya.

Kalau John McCain menang, ia akan menjadi presiden dan Sarah Palin wakil presidennya. Sementara jika Barack Obama yang menang, ia akan menjadi presiden dan Joe Biden jadi wakilnya. Ini seperti mengulang terpilihnya Harry S Truman sebagai presiden, menghancurkan Thomas E Dewey dari Partai Republik.

Kalau Truman adalah ”perwakilan” dari Independence, sebuah kota kecil di negara bagian Missouri, Dewey adalah ”perwakilan” dari New York yang merupakan sebuah kota besar. Hal ini terjadi pula pada John McCain-Sarah Palin.

John McCain adalah seorang yang berasal dari Arizona, sebuah negara bagian yang memiliki daerah-daerah kering, di samping tanah-tanah pertanian yang sangat luas. Sarah Palin justru sebaliknya, ia adalah gubernur negara bagian Alaska yang dipenuhi salju Kutub Utara.

Pantainya yang panjang itu memiliki sumber-sumber minyak bumi. Karena Anchorage sebagai ibu kota negara bagian berukuran kecil saja dan sepi, Sarah Palin pantas menjadi ”perwakilan” sebuah kota kecil.

Bagaimanapun, dengan bersatunya warga padang pasir dan daerah bersalju John McCain dan Sarah Palin, yang terjadi adalah penyatuan ideologis dua orang yang pantas disebut sebagai ”orang kota kecil”. Justru di sinilah terlihat sangat menarik polarisasi keempat calon tersebut.

Di satu pihak, Obama yang berasal dari negara bagian Ohio itu harus dapat memunculkan diri sebagai ”perwakilan” kaum buruh kecil dan generasi tua. Padahal, usianya belum lagi 50 tahun. Joe Biden, sebagai seorang yang dianggap tua, profesi sebagai senator yang sekian lama dijalaninya (23 tahun), pada akhirnya membuat ia tampil sebagai profesional yang dianggap menguasai masalah-masalah luar negeri.

Walaupun Barack Obama juga seorang senator, ia baru sekali memegang jabatan itu sehingga belum diketahui penguasaan dirinya atas soal-soal diplomasi. Ini berarti ia bisa dinilai masih terlalu baru dalam kalangan itu untuk dijadikan seorang penyusun kebijakan presiden.

Sangatlah menarik untuk mengikuti kenyataan ini, karena ternyata lingkungan seseorang dapat menentukan ke arah mana ”bergerak” dalam karier politiknya. Inilah yang membedakan Dwight Eisenhower sebagai Presiden AS.

Karena ia orang militer, perilakunya sehari-hari menjadi sangat dipengaruhi profesinya itu. Sementara sebagai seorang pemilik toko kecil Haberdasher, Harry Truman diharapkan sangat teliti dalam urusan sehari-hari.

Hal ini tentu berbeda dari Franklin D Roosevelt, yang sangat jarang turun dari kursi roda. Di bawah Roosevelt, kebersihan kantor Gedung Putih dilakukan para asisten Gedung Putih. Walaupun mereka berbeda dalam menjalankan aktivitas sebagai presiden di Gedung Putih, kedua-duanya adalah seorang presiden negara besar seperti AS.

Perbedaan-perbedaan seperti inilah yang harus dikenal ”pengamat politik” AS, kalau diinginkan tulisan-tulisan mereka menjadi berbobot. Tentu saja hal itu diformulasikan seiring rencana-rencana kerja mereka jika telah mencapai Gedung Putih tersendiri, selain asumsi-asumsi domestik yang dibawa masing-masing.

Kalau Obama dan John McCain tidak melalui pemilihan presiden yang dinamis dan terbuka, perkembangan politik di Negeri Paman Sam itu memiliki dinamika akan bertindak sendiri melawan undang-undang dasar negara itu.

Maka, di negeri kita batasan-batasan UUD 1945 masih belum selesai dibuat. Apa yang dilakukan Thomas Jefferson dengan hak-hak dasar individual dari warga negara dan Alexander Hamilton dengan hak-hak dasar Negara bagian adalah batasan-batasan dalam pembahasan sebuah Undang-Undang Dasar AS.

Di luar kedua hal itu, para warga negara AS tidak mau mendiskusikan konstitusi negara tempat mereka hidup. Di negeri kita, belum pernah ada upaya untuk melakukan pembatasan-pembatasan seperti itu. Maka, kita tidak tahu pembahasan itu sudah sampai di mana.

Sekarang tampaknya pembahasan mengacu kepada adakah konstitusi kita dapat dibatasi pembahasan-pembahasan atasnya? Jika dibahas tentang batas-batas hak warga negara, hal itu harus mengacu bahwa konstitusi berlandaskan kemerdekaan.

Jadi, hak kelompok-kelompok minoritas seperti Ahmadiyah Indonesia, termasuk hak-hak dasar Front Pembela Islam (FPI), harus dilindungi. Benarkah ini batasannya? Perlu ada kejelasan, bukan?[]

*Ketua Umum Dewan Syura DPP Partai Kebangkitan Bangsa
(Seputar Indonesia, Jum’at, 26 September 2008).[]