Rabu, 31 Desember 2008

PKB KOTA BOGOR RAYAKAN TAHUN BARU HIJRAH & MASEHI SEKALIGUS

Secara kebetulan, tahun ini tahun baru hijrah dan Maesehi hampir bersamaan. Tahun baru 1 Muharram 1430 H jatuh pada tgl 28 Desember 2008. Dan kedua tahun baru ini bagi PKB mempunyai arti yang cukup besar. Semangat tahun baru kali ini adalah bagaimana Kita Hijrah Menuju Kebangkitan Bogor.

Untuk memeriahkan acara ini, DPC PKB Kota Bogor dan masing-masing caleg mengadakan peringatan yang cukup berari. di DPC PKB Kota Bogor, dipelopori GARDA BANGSA mengadakan acara syukuran sambil nyantap sate kambing dan bakar jagung. Tidak kurang sekitar 50 orang hadir.

Di tempat beberapa caleg juga mengadakan hal serupa. di tempat keluarga Rustam Efendy mengadakan acara yang cukup meriah dan dihadiri sekitar 1000 warga sekitar gunung batu dan perwakilan pengurus PAC dan Ranting. Acara dikemas rfeleksi akhir tahun oleh Ketua DPC PKB Ir Heri Firdaus dan Tausiah akhir tahun dari ulama senior KH Abdul Rouf. acara juga diisi dengan santunan anak yatim, pegeralaran silat dan hiburan serta pesta kembang api.

Malam tahun baru kali ini juga spesial karena tepat 99 hari lagi akan menghadapi PEMILU 2009. Dengan demikian, kita akan menyiapkan 99 hari yang dimulia hari ini untuk mensukseskan PEMILU 2009. Dan ini akan menambah optimisme PKB Kota Bogor untuk meraih target perolehan kursi DPRD Kota Bogor.

Jumat, 26 Desember 2008

Heri Firdaus: PKB Kota Bogor Merespon Positif Keputusan MK

Keputusan Mahkamah Konstitusi, yang saat ini dipimpin oleh Prof Mahfud MD, yang tak lain adalah kader PKB, tentang penetapan caleg terpilih berdasar suara terbanyak menjadi kado yang sangat istimewa bagi proses demokrasi di Indonesia. Karena dengan demikian, suara rakyat benar -benar berarti dan dapat terwakili secara benar. demikian tanggapan dari Ir Heri Firdaus, Ketua DPC PKB Kota Bogor.

Seanarnya, bagi PKB Kota Bogor, dengan adanya putusan ini hanya menjadi penguat saja, karena secara internal PKB Kota Bogor telah membuat aturan sendiri bahwa caleg PKB yang lolos ke DPRD adalah caleg yang memperoleh suara terbanyak. mekanisme yang digunakan adalah surat kesepakatan dan surat pengundurun diri. Namun dengan keluarnya keputusan MK ini, maka tidak perlu lagi surat kesepakatan maupun surat pengunduran diri caleg.

Dengan demikian, tidak ada perubahan strategi yang signifikan bagi DPC PKB Kota Bogor. Namun yang jelas, akan menambah panas persaingan dengan partai lain. Ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi PKB Kota Bogor untuk mendapat suara yang signifikan, sehingga target perolehan 5-6 kursi akan tercapai.

MK: Penetapan Caleg dengan Suara Terbanyak

Jakarta, PKB Online -Uji materi UU No 10 Tahun 2008 tentang pemilu dikabulkan Mahkamah Konstitusi (MK). Ini berarti dalam pemilu 2009 nanti penetapan caleg akan ditentukan melalui suara terbanyak. "Menimbang bahwa dalil pemohon beralasan sepanjang mengenai pasal 214 huruf a, b, c, d, e UU 10/2008 maka permohonan pemohon dikabulkan," tutur ketua MK Mahfud MD saat membacakan putusan di Gedung MK, Jakarta, Selasa (23/12/2008).

Mahfud tidak khawatir bahwaputusan ini akan menjadi hambatan dalam pemilu nanti jika memang harus menetapkan anggota legislatif berdasarkan suara terbanyak. Karena menurutnya KPU selaku penyelenggara sudah siap melaksanakan putusan MK tersebut meski tanpa revisi undang-undang maupun pembentukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang.

"KPU beserta jajarannya dapat menetapkan calon terpilih berdasarkan putusan MK dalam perkara ini," tuturnya.

Uji materi yang diajukan oleh Muhammad Sholeh calon legislatif (caleg) PDIP dari daerah pemilihan (dapil) Surabaya-Sidoarjo adalah pasal 55 ayat (2) dan Pasal 214 huruf a, b, c, d, e UU Pemilu bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28D ayat (3) dan pasal 28I ayat (2) UUD 1945.

Namun MK hanya mengabulkan permohonan pemohon pasal 214 huruf a, b, c, d, e sedangkan pasal 55 ditolak oleh MK. Uji Materi ini diajukan oleh Sutjipto, Septi Notariana, dan Jose Dima Satria.(fh)

Usulan Capres PKB: HB X, SBY, Gus Dur & Cak Imin

Jakarta, PKB Online - Hingga hari ini, Partai Kebangkitan Bangsa belum menentukan baik capres maupun cawapres yang akan diusung pada Pemilu 2009 nanti. Munculnya beberapa nama termasuk Gus Dur, seperti diberitakan belakangan ini, masih merupakan tahap inventarisasi. Hal itu diungkapkan Ketua Umum Muhaimin Iskandar ketika dimintai konfirmasi selasa (23/12).

"Semua nama-nama yang ada, masih merupakan usulan dari bawah, masih tahap inventarisasi. DPP PKB belum memutuskan", demikian penjelasan Cak Imin.

Cak Imin juga menyebutkan beberapa nama yang diusulkan dari cabang-cabang dan kader partai. "Ada dari dalam dan ada juga dari luar partai, ada Gus Dur, SBY, Sri SUltan HB X dan termasuk diri saya juga ada yang mengusulkan dan masih mungkin ada nama lain lagi", jelasnya.

"Tapi sekali lagi, ini baru tahap inventarisasi saja", tegas Cak Imin lagi.

"Sekarang ini kita sedang konsentrasi menghadapi pemilu legislatif, hasil Pemilu menjadi dasar untuk menentukan sikap partai menghadapi Pilpres. Ketika Pemilu legislatif sudah diketahui hasilnya, kita baru bisa menentukan apakah akan mengusung kader sendiri atau mencalonkan figur di luar partai," demikian Cak Imin.

Sabtu, 20 Desember 2008

PKS Jadi Mainan Baru Amerika

Gus Iim: PKS Jadi Mainan Baru Amerika Jumat, 19 Desember 2008 12:01 Jakarta, NU OnlinePengamat politik internasional KH Hasyim Wahid (Gus Iim) menyatakan, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), salah satu partai politik berbasis Islam yang mulai berkembang di Indonesia hanyalah mainan baru Amerika Serikat.Dikatakannya, keadaan dunia berubah pasca perang dingin. Dunia menjadi kawasan pasar bebas sehingga dikehendakilah masyarakat yang pro pasar. Sementara kelompok Islam tradisionalis dan modernis dianggap terlalu nasionalis untuk bisa menyesuaikan diri dengan pasar bebas. ”Maka dimunculkanlah Islam baru yang namanya PKS, yang lebih sesuai dengan pasar global,” katanya. Gus Iim berbicara dalam acara refleksi akhir tahun bertajuk NU dalam Konstalasi Politik Nasional yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau IKA-PMII di aula gedung PBNU Jakarta, Kamis (18/12).Menurut adik kandung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini, sebagai organisasi yang berjenjang global, PKS terpolarisasi dalam beberapa kelompok. “Di dalamnya memang retak-retak. Yang satu berkiblat ke Departemen Luar Negeri Amerika, satu lagi terkait dengan DI/TII tapi semuanya Amerika juga,” katanya.Menurut Gus Iim, reformasi Indonesia sebenarnya tidak ada. Yang ada hanyalah peristiwa penjatuhan Soeharto oleh Amerika Serikat. Menurutnya, pasca perang dingin Amerika sudah tidak perlu lagi “centeng” di beberapa negara, termasuk Soeharto."Gelombang demokratisasi itu sebenarnya tidak ada. yang ada adalah cerita bahwa Amerika sedang sibuk membawa pembaharuan pengelolaan ekonomi di negara kaya minyak dan mineral,” katanya.Bersamaan dengan itu kelompok Islam tradisionalis dan modernis dianggap sudah tidak dibutuhkan.Dikatakannya, sebelumnya memang dimunculkan dikotomi Islam tradisionalis dan Islam modernis. Islam yang tradisionalis dalam hal ini diwakili oleh Nahdlatul Ulama (NU) disingkirkan. Kelompok yang identik dengan kaum sarungan ini dianggap tidak layak turut serta dalam pembangunan ekonomi sehingga dianggap tidak berhak mendapatkan akses.Namun, lanjut Gus Iim, meski tak mendapat akses langsung, kelompok tradisionalis bergerak dan berkembang terus. Anak-anak dari kelompok sarungan ini belajar berbagai macam disiplin ilmu, selain ilmu keagamaan, sehingga bisa beraktifitas di mana-mana.”Orang sekarang kaget melihat orang NU paling rapak ilmunya,” katanya. ”Betapa NU tumbuh dengan luar biasa, tanpa fasilitas negara. Sekarang kalau ada anak NU berusia 30, kalau dikasih kesempatan akan bisa melobi negara di dunia manapun.”Dalam hal pengembangan teknologi informasi, tambahnya, orang akan kaget melihat peringkat dalam www.alexa.com, situs pemantau rating website seluruh dunia, dimana media informasi NU Online www.nu.or.id menjadi website organisasi sosial kemasyarakatan yang paling banyak dikunjungi di dunia. ”Menurut kenyataan ini, kaum sarungan sudah tidak dianggap enteng,” kata Gus Iim. (nam)

Sabtu, 13 Desember 2008

PEREMPUAN DAN KETAHANAN PANGAN

Oleh Sukma Witasari (caleg DPRD Kota bogor dari PKB)

LATAR BELAKANG

Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan merupakan hak asasi manusia. Mengingat pentingnya memenuhi kecukupan pangan maka setiap negara melalui pemerintah wajib mendahulukan pembangunan ketahanan pangan sebagai landasan bagi pembangunan sektor-sektor lain.

Pertumbuhan penduduk selalu diikuti dengan meningkatnya kebutuhan hidup, baik berupa pangan, sandang maupun perumahan, tetapi tidak diimbangi dengan ketersediaan sumberdaya alam yang memadai. Thomas Robert Maltus pada abad 18 mengkhawatirkan bahwa pertumbuhan penduduk dunia akan menimbulkan ancaman bencana kekurangan pangan atau musibah kelaparan. Salah satu dalilnya yang sangat populer adalah bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sedangkan perkembangan pangan megikuti deret hitung.

Berdasarkan pola pikir UNICEF tahun 1998, akar permasalahan dari keadaan kurang gizi (rawan pangan) sebenarnya bermuara pada krisis politik, ekonomi, dan sosial, dimana kondisi tersebut menyebabkan pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan. Permasalahan pokok di masyarakat yang memicu kurang gizi (rawan pangan) yaitu kurangnya pemberdayaan perempuan/keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumberdaya yang ada di masyarakat sehingga menyebabkan minimnya pengetahuan dan keterampilan dalam menangani permasalahan pangan.

Ketersediaan pangan yang terbatas menyebabkan kualitas asupan pangan bergizi seimbang masih rendah, hal ini mengakibatkan masih banyaknya masyarakat yang mengalami rawan pangan dan gizi. Data dari Departemen Kesehatan diketahui bahwa masalah gizi di Indonesia pada tahun 2001-2003 antara lain: ada 5,1 (lima koma satu ) juta balita gizi kurang dengan 54 persen atau 2,6 juta terancam kematian dan dari 4 (empat) juta perempuan hamil, terdapat 2 (dua) juta yang mengalami anemia gizi dan satu juta Kurang Energi kronis (KEK) kondisi ini mengakibatkan air susu ibu yang dihasilkan akan mengakibatkan otak bayi kosong /bebal.

Generasi penerus bangsa Indonesia terancam kehilangan masa depan. Bayi-bayi yang dilahirkan nantinya tumbuh tidak sempurna. Selain itu diperoleh Informasi dari Hasil Survei Konsumsi 1995-1998, bahwa proporsi rumah tangga yang defisit energi dan defisit protein dari tahun 1995-1998 menurut wilayah perkotaan maupun pedesaan, yaitu yang asupan gizinya masih kurang dari 70 % dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) masih cukup tinggi yaitu 48,6 %-52,8 % defisit energi dan 24,1 %-35,4 % defisit protein.

PENGEMBANGAN PANGAN

Ketergantungan pada padi sebagai makanan pokok menimbulkan kerawanan sosial terutama jika terjadi kegagalan panen. Untuk itu peningkatan produktivitas padi dan bahan pangan substitusi dari padi sayur-mayur dan buah-buahan harus mulai di galakkan untuk menghindari terjadinya rawan pangan. Upaya untuk melakukan pengembangan komoditas pertanian (pangan) dimaksudkan untuk menyediakan berbagai produk pangan baik jenis maupun bentuknya sehingga tersedia pilihan bagi konsumen untuk menu makanan. Kegiatan pengembangan pangan tidak dapat dilepaskan dari penerapan teknologi pangan untuk memproduksi pangan olahan siap konsumsi. Konsep pengembangan pangan meliputi tiga hal yaitu pengembangan pangan horizontal, vertikal dan regional.

Pengembangan pangan horizontal ialah usaha tani berbasis padi menjadi usahatani berbasis tanaman pangan lain meliputi semua komoditas pangan (padi, palawija dan sayuran), baik tanaman utama maupun tanaman sela dalam sistem tumpang sari. Pengembangan pangan regional merupakan penganekaragaman komoditas pangan berdasarkan pendekatan wilayah dan keanekaragaman sosial budaya. Pengembangan pangan vertikal adalah pegembangan produksi setelah panen. Kegiatan-kegiatan tadi meliputi pengolahan hasil dan limbah pertanian sebagai inti dari industrialisasi pertanian, sehingga meningkatkan nilai tambah berupa guna bentuk (form utility), guna waktu (time utility) dan guna tempat (place utility). Pengembangan berbagai komoditas perlu mempertimbangkan kesesuaian pengguna, pangsa pasar dan agriekosistem seta faktor budaya wilayah.

Secara umum bahan pangan dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis yakni serealia, umbi-umbian dan kacang-kacangan. Berdasarkan tingkat kepentingan dan kontribusinya bahan pangan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu : komoditas utama, komoditas potensial, dan komoditas harapan. Komoditas utama dibudidayakan secara intensif, tersebar di seluruh provinsi, didukung pemerintah dalam penelitian dan pengembangan dan secara periodik dimonitor BPS. Komoditas potensial dibudidayakan kurang intensif dibanding komoditas utama dan penyebarannya tidak merata, tetapi memiliki potensi cukup besar, Sedangkan komoditas harapan dibudidayakan secara tradisional dengan penyebaran relatif terbatas.

Sayuran menjadi salah satu unsur yang sangat penting bukan hanya sekedar pelengkap. Sayuran yang kaya gizi dapat menjadi penyeimbang (balancing agent) penting dalam diet karena sayuran mengandung protein, vitamin, mineral, energi dan serat yang dibutuhkan tubuh. Tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih dibawah standar dibandingkan negara-negara Asia dan dunia lainnya yang sebagian besar beriklim sedang, padahal kondisi alam dan iklim di Indonesia sangat potensial untuk memproduksi berbagai jenis sayuran. Tak kurang dari 100 jenis sayuran dapat tumbuh di Indonesia baik sayuran komersial seperti kol, sawi, petsai, kangkung dll. Maupun sayuran tradisional seperti daun labu siam, beluntas, daun mangkokan dan daun katuk.

Dengan potensi produksi sayuran komersial Indonesia yang mencapai 7,5 juta ton pada tahun 2002 menunjukkan peranan sayuran yang dikelola secara tradisional untuk konsumsi sendiri cukup besar. Dengan konsumsi per kapita sebesar 47,5 kg/tahun berarti untuk penduduk Indonesia yang diperkirakan berjumlah 206 juta jiwa (tahun 2000) diperlukan supplai sekitar 9,8 juta ton sayuran. Dengan demikian diprediksikan kontribusi sayuran non-komersial dalam memenuhi kebutuhan sayuran penduduk Indonesia pada tahun 2002 mencapai 2,3 juta ton atau sekitar 23%.

PERAN PEREMPUAN DALAM KETAHANAN PANGAN

Kaum perempuan memproduksi antara 60-80 % bahan pangan di negara-negara berkembang dan bertanggungjawab atas 50% produksi pangan dunia. Namun peran kunci kaum perempuan sebagai produsen dan penyedia pangan merupakan peran yang sangat menentukan dalam membangun ketahanan pangan rumah tangga belum mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari pemerintah (FAO 2004). Oleh karenanya setiap strategi, formulasi kebijakan dan program menuju ketahanan pangan berkelanjutan hendaknya secara sunguh-sungguh mempertimbangkan akses terbatas yang dimiliki perempuan. Akses terhadap sumberdaya dan daya beli yang rendah merupakan dampak dari hubungan antar faktor yang saling mempengaruhi serta faktor sosial, ekonomi, budaya dan agama yang mendorong mereka ke dalam peran subordinat yang membatasi pergerakan mereka atau masyarakat secara umum

Untuk mensinergikan potensi pekarangan yang ada dengan permasalahan pangan dan gizi yang terjadi, maka fungsi pemanfaatan pekarangan perlu ditingkatkan lagi, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Oleh karena itu kerjasama dengan instansi terkait antara lain Dinas Pertanian, Penyuluh Pertanian serta dukungan dari Kader PKK (Tokoh Perempuan) dan Tokoh Masyarakat, LSM, serta masyarakat perlu ditingkatkan agar permasalahan kerawanan pangan dan gizi dapat ditanggulangi secara bersama-sama.

Program ketahanan pangan adalah hal yang sangat urgensi dalam pembangunan saat ini. Oleh karena itu diperlukan strategi intensifikasi dan ekstensifikasi lahan pertanian salah satunya dengan memanfaatkan lahan pekarangan, lahan-lahan tidur, tanah ulayat, lahan pinggiran sungai untuk dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung peningkatan produksi pangan. Dalam jangka pendek pemanfataan pekarangan diharapkan dapat meningkatkan keragaman konsumsi pangan dan gizi bagi keluarga dan untuk jangka panjang diharapkan lahan pekarangan dapat menjadi sumber pendapatan bagi ekonomi keluarga sehingga dapat hidup lebih sejahtera dan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi ketahanan pangan di Indonesia.

Selain itu lahan pekarangan juga dapat ditanami sayuran dan buah-buahan yang pada mulanya budaya menanam sayuran di pekarangan hanya dimasudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga dengan memanfaatkan halaman rumah yang tersisa, budaya ini dikembangkan masyarakat pedesaan. Namun saat ini menanam sayuran di pekarangan juga sangat digemari ibu rumah tangga di perkotaan selain untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, untuk memenuhi kebutuhan rempah-rempah atau sayuran yang mendesak saat memasak juga untuk menyalurkan hobi menanam.

Lahan pekarangan yang dikelola secara optimal dapat memberikan manfaat bagi rumah tangga dan keluarga yang mengelolanya. Hal ini dapat dilihat dari beragam fungsi dasar pekarangan yaitu menjadi warung hidup, bank hidup dan apotik hidup serta pungsi keindahan. Lahan pekarangan yang dikelola dengan baik dapat memberikan manfaat antara lain adanya peningkatan gizi keluarga, tambahan pendapatan keluarga, lingkungan rumah asri, teratur indah dan nyaman yang dalam PKK disebut HATINYA PKK (Halaman Asri Teratur Indah dan Nyaman), tercipta suasana keakraban dan keharmonisan antar keluarga serta sebagai sarana menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan. Semakin beragam tanaman pangan yang dikembangkan oleh perempuan Indonesia disamping berperan dalam memperkokoh ketahanan pangan negara juga mampu menciptakan generasi penerus bangsa yang bergizi cukup

Jumat, 12 Desember 2008

Hari Raya Besar

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri

Idul Adha atau Hari Raya Kurban disebut juga Hari Raya Haji dan Hari Raya Besar. Hari tanggal 10 Dzul Hijjah inilah puncak pelaksanaan ibadaha haji, jama’ah haji dari seluruh dunia, setelah wuquf di Arafah dan menginap di Muzdalifah, kemudian melempar jumrah Aqabah dan melaksanakan penyembelihan ternak kurban di Mina. Sementara kaum muslimin yang tidak sedang berhaji, melakukan sembahyang Ied dan menyebelih kurban.

Setiap kali datang Hari Raya Besar, Idul Adha, kita selalu diingatkan kepada kisah nabi Ibrahim dan puteranya, nabi Ismail.

Seperti kita ketahui; lama sekali nabi Ibrahim ingin mempunyai anak. dan baru kesampaian keinginannya itu setelah tua renta. Kita bisa membayangkan betapa bahagia dan senangnya nabi Ibrahim ketika mendapat anugerah seorang anak yang istimewa, cakap, dan halim. Seorang anak yang tidak hanya dapat dijadikan pengisi kekosongan, tapi lebih dari itu dapat dijadikan ‘tangan kanan’ yang selalu mendampingi sang ayah dalam berjuang dan kiprah kemasyarakatannya.

Tapi, bayangkan!, tiba-tiba datang perintah dari Allah agar nabi Ibrahim menyembelih buah putera hatinya itu. Mengenai perintah Tuhannya ini, nabi Ibrahim tanpa sedikit pun keraguan –meski kedengaran mengharukan-- bertanya kepada puteranya, “Bagaimana pendapatmu, anakku?” Dan hebatnya, sang putera menjawab dengan tidak kalah mantap, “Ayah, laksanakan saja apa yang diperintahkan kepada ayah. Ayah akan melihat saya insyaAllah termasuk orang-orang yang tabah.”

Apakah yang lebih berharga dari anak dan nyawa sendiri? Sebagai bukti ketaatan dan kecintaannya kepada Tuhannya, nabi Ibrahim bersedia dengan ikhlas mengorbankan anaknya sendiri yang nota bene sudah lama sekali diidamkannya; nabi Ismail bersedia dengan ikhlas mengorbankan nyawanya.

Kemudian, seperti semua sudah tahu, karena ketulusan mereka, sang anak yang sudah pasrah disembelih, diganti dengan seekor domba.

Suatu teladan yang ‘ekstrem’ tentang ketulusan pengorbanan kekasih bagi kekasihnya. Pengorbanan pemuja bagi pujaannya. Pengorbanan dan loyalitas hamba kepada Tuhannya.
Teladan pengorbanan kedua hamba pilihan itu akan semakin tampak ‘ekstrem’ bila kita pandang sekarang. Pengorbanan mereka berdua bukan saja membuktikan betapa luar biasanya kecintaan dan ketaatan mereka kepada Tuhan mereka. Tapi sebelum itu, membuktikan tingkat pengenalan mereka terhadap Tuhan atas nama siapa pengorbanan itu diikhlaskan.

Dimulai dari pengenalan, lalu sayang dan cinta, kemudian ketulusan berkorban. Bila merujuk ungkapan klise, “Tak kenal maka tak sayang”, maka bisa dilanjutkan dengan ungkapan, “Tak sayang maka tak sudi berkorban.”

Orang yang tidak mengenal tanah-air-nya, misalnya, mungkin karena tidak merasa pernah makan dari hasil tanah yang dipijaknya dan merasa tidak pernah meminum airnya, boleh jadi tidak sayang kepada tanah-air-nya itu. Maka jangan bayangkan orang tersebut mau berkorban untuk tanah-air-nya. Merusaknya pun mungkin tidak membuat nuraninya terusik.

Kalau kita kembali kepada kisah nabi Ibrahim dan nabi Ismail yang setiap Idul Adha kita kenang, maka kita bisa mengatakan bahwa pengenalan yang sangat dari mereka berdua terhadap Tuhan merekalah yang membuat mereka sangat menyintai dan memujaNya, sehingga rela berkorban apa saja demi mendapatkan ridhaNya.

Demikianlah; besar-kecilnya kerelaan berkorban tergantung pada besar-kecinya pengenalan dan kecintaan.

Nabi Ibrahim dan nabi Ismail sangat mengenal Allah dan tahu persis apa saja yang membuat Tuhan mereka itu ridha dan apa saja yang membuatNya murka. Maka pengorbanan mereka pun tidak pernah sia-sia. Jadi memang tidak bisa hanya bermodal semangat mendapat ridha Allah, tanpa mengenalNya dan tanpa mengetahui apa saja yang membuatNya ridha dan apa saja yang membuatnya murka. Wallahu a’lam.

Selamat Idul Adha! Selamat Berkurban!

PKB Targetkan Indonesia Capai Kedaulatan Pangan Secepatnya

Jakarta, NU Online
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menargetkan Indonesia dapat mencapai kedaulatan pangan secepatnya. Target yang merupakan bagian dari visi partai tersebut akan dicanangkan pada 2009 mendatang.

Demikian dikatakan Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB Muhaimin Iskandar dalam dialog “Berbagi Hati, Berbagi Visi Mengapa Ekonomi Indonesia Rapuh, Apa yang Salah” yang digagas Institute of Nasional Leadership & Public Policy, di Jakarta, Kamis (11/12).

Selain itu, kata Muhaimin, partainya juga berupaya menciptakan ketahanan dan kemandiran energi serta melaksanakan kedaulatan keuangan. "Dengan ekonomi berbasis konstitusi, sudah jelas sumber daya alam yang digunakan untuk kesejahteraan rakyat," jelasnya.

Muhaimin mencontohkan, sumbangsih energi hanya mencapai 15 persen. Padahal, negara ini mempunyai cadangan energi yang seharusnya memberikan sumbangsih besar terhadap negara.

"Kerapuhan kita itu tidak pernah diantisipasi dengan baik oleh pemerintah dan DPR," kata Cak Imin. Sejumlah kebijakan, katanya, akan dilakukan PKB mengatasi masalah ini

Kamis, 11 Desember 2008

Politik Kita Tercemar

JURNAL BOGOR, 21 November 2008
*Wawancara dengan Setya Dharma S. Pelawi

Mengenali sosoknya, Setya Dharma S. Pelawi, adalah sosok pria yang teguh memperjuangkan nilai-nilai demokrasi. Keberpihakannya terhadap rakyat kecil, ditunjukkannya mengadvokasi persoalan-persoalan rakyat seperti konflik pertanahan dan lain-lain. Calon legislatif dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Cianjur ini, memiliki pandangan sendiri soal politik. Menurutnya, dunia politik di negeri ini sedang tercemar.

Setya Dharma mengatakan, politik saat ini tidak disukai dan mungkin dijauhi sesuai makna intrinsiknya memang selalu tidak menyenangkan. Tetapi bagaimanapun, kata dia, suka atau tidak suka tidak ada orang yang bisa membebaskan diri dari politik. “Produk politik hanya bisa ditanggulangi juga secara politik,” ucapnya.

Pada masa lalu, kata Tya, sapaan akrab Setya Dharma, politik pernah menduduki tempat terhormat dalam masyarakat. Di zaman modern ini, sejalan dengan diferensiasi kehidupan masyarakat, the primacy of politics itu tidak berlaku. Meskipun begitu, politik tetap saja penting dan tak dapat ditiadakan dalam kehidupan bermasyarakat.

“Politik yang sebenarnya indah dan mulia itu kini banyak dicemari oleh praktek yang tak bertanggung jawab. Dewasa ini, politik semakin merupakan istilah kotor, yang sinonim dengan kemunafikan, korupsi dan barang dagangan yang menjijikkan. Pada demokrasi lama orang-orang kian membenci politik dan kehilangan kepercayaan terhadap kinerja institusi-institusi demokrasi. Partisipasi politik kian melemah. Tingkat partisipasi menurun, partai-partai politik pun semakin kehilangan partisan,” katanya.

Tercemarnya perpolitikan di negeri ini, terang Tya, juga diwarnai demonstrasi-demonstrasi dan konflik-konflik fisik tak henti-hentinya sepanjang tahun. “Banyak kelompok seenaknya main hakim sendiri,” ujarnya.

Tya mencontohkan, ketimpangan lainnya politik di negara ini terlihat menjelang Pemilu atau Pilkada. Di mana, pada satu sisi tumbuh banyak partai politik (parpol) baru bagaikan jamur yang semakin sukar dibedakan satu sama lain kecuali dalam hal tokoh yang memimpinnya. Tapi pada sisi lain berbanding terbalik dengan tingkat partisipasi politik warga.

“Dalam seminar di Yogyakarta yang disponsori oleh Komite Indonesia untuk Demokrasi, terungkap telah terjadi paradoks hilangnya voluntarisme dalam perpolitikan di Indonesia. Partisipasi politik, khususnya partisipasi dalam kegiatan partai, tidak lagi dilakukan secara sukarela dan tanpa pamrih melainkan telah bergeser menjadi kegiatan transaksional. Arena
politik telah didegradasikan sebagai semacam pasar, tempat bertemunya pembeli dan penjual,” sebut pengurus DPP PKB ini.

Menurut analisanya, hal itu disebabkan; Pertama, mencairnya semen ideologi, sementara partai tak dapat menawarkan platform sebagai alternatif. Kedua, biaya politik, khususnya biaya kampanye semakin eksesif. Ketiga, dampak negatif dari kemajuan (teknologi) media massa,khususnya media elektronik. Keempat, dampak negatif dari sistem presidensial dan pemilihan langsung kepala daerah yang pada gilirannya memperlemah cohesiveness atau daya rekat partai. Kelima, personalisasi politik di tengah-tengah masyarakat yang sudah dan kian teratomisasi atau terindividualisasi. Keenam, pada tingkat massa, kemiskinan sudah sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi yang dapat dijual kecuali hak-hak itu. Dan ketujuh, masyarakat terlampau liberal (konvensional) dalam menerapkan demokrasi.

“Oleh karena itu tantangan yang kita hadapi sekarang ini adalah memulihkan kembali kedudukan dan pengertian politik seperti itu yang kini dilanda krisis kepercayaan oleh warganya sendiri. Untuk menanggulangi hal-hal yang bersifat etis, tidak ada jalan lain kecuali melalui pendidikan dalam arti seluas-luasnya yang meliputi pendidikan civic di sekolah dan education by practicing dan by doing dalam masyarakat luas maupun dalam komunitas kecil,” ungkap dia.

Apakah kita tidak terlambat? “Bangsa tidak pernah menua seperti halnya dengan manusia. Sebagai anak manusia, saya sekarang sudah memasuki ujung masa senja dan niscaya pada waktunya akan meninggalkan gelanggang ini. Tetapi bangsa ini niscaya akan terus meremajakan dirinya dengan melahirkan generasi baru yang boleh jadi dapat merangkul kesadaran civic yang kuat demi mewujudkan Indonesia yang kokoh, Indonesia yang demokratis dan berkeadilan,” imbuhnya mengutip Maurizio Viroli dalam bukunya Republicanism.

Rabu, 03 Desember 2008

KONSOLIDASI CALEG PKB

Sungguh diluar dugaan, PKB Kota Bogor tampaknya sangat siap mengahapi PEMILU 2009. Gerakan GUS DUR, dan yang lainnya bagi PKB BOGOR adalah sebagai penyemangat agar kita bekerja lebih keras lagi dalam meraih dukungan yang lebih luas. Hal ini terlihat dari beberapa kegiatan para caleg PKB Kota Bogor dalam beberapa minggu ini gerakannya sangat masif. hampir setiap hari ada kegiatan konsolidasi dari beberapa daerah pemilihan.

Untuk caleg DPR RI, kan Otong Abdurahman, yang juga merupakan anggota pleno PBNU hampir seminggu 2 kali mengadakan acara konsolidasi dan sosialiasi di Kota Bogor. Beliau menggarap basis NU kultural maupun struktural yang belum masuk PKB. dengan pendekatan beliau alhamdulillah terlihat ada harapan cerah.

Untuk caleg DPRD Provinsi JABAR, RP RUSATAM EFENDI, SH caleg no. 2 sangat rajin membangun konstituen baru. beliau menggarap konstituen di luar PKB dan NU. banyak yang dulu kader PDIP, GOLKAR dan PKS sudah ditarik ama beliau. sehingga diyakini suara PKB akan tambah besar.

Caleg2 DPRD KOTA BOGOR juga sudah menggeliat, hal ini diliat dari atribut yang terpasang cukup menyeimbangi parpol lain. ada Dede Syamsul, Fitriani, Ariani di Tanah Sareal yang sudah sosiasliasi kemana-mana. di Tengah ada Hj Ir Sukma Witasari yang sangat serius menggarap konstituen apalagi beliau2 didorong oleh keinginan kuat untk memberikan sumbangan pemikiran, tenaga, waktu untuk kemenangan PKB dan pembangunan KOTA BOGOR.

Untuk DAPIL Bogor Barat ada Doni Hudoyo, Mulyana, H Zaenal Arifin yang sangat aktif melakukan sosialisasi. Mudah2an tenaga dan spirit ini terjaga sampai hari H Pemilu 2009. dan target mendudukkan 5-6 kursi anggota dewan bisa tercapai. dan harapan itu besar, ada cahaya terang di ujung lorong sana.. semoga

Pemimpin Muda, Modal PKB di Pemilu 2009

Jakarta, PKB Online - Hasil polling dari Lembaga Survei Indobarometer menyatakan bahwa Muhaimin Iskandar menempati urutan kedua sebagai capres muda pilihan. Posisi Ketua Umum DPP PKB itu masih satu strip di bawah Andi Mallarangeng.
Demikian dikemukakan salah seorang pengurus Lembaga Pemenangan Pemilu (LPP) PKB Faisol Reza saat mendampingi Muhaimin mengunjungi redaksi Harian Sindo di Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (3/12/2008).

"Peta pertempuran Pemilu 2009 adalah pada suara pragmatis dan swing voters (pemilih pemula)," ujarnya.

Reza optimistis keberadaan para pemilih pemula ini akan menjadi pilar kekuatan PKB pada Pemilu 2009. Sebab, PKB merupakan partai yang dikelola oleh orang muda sehingga memudahkan dalam menarik simpati para pemilih pemula. "Sejumlah program kerja dengan sasaran para remaja juga telah diluncurkan," ujarnya.

Adapun mengenai ajakan golput yang dilontarkan Gus Dur, Reza menilai hal itu tidak akan berpengaruh signifikan dan tidak menjadi dasar bagi perilaku pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2009. "Mereka golput karena jenuh dan kecewa, bukan karena ajakan Gus Dur," ungkapnya.

Untuk itu, PKB telah melakukan berbagai upaya sebagai terapi agar para pemilih tetap menggunakan hak pilihnya. "PKB melakukan terapi baik secara internal maupun eksternal," ujarnya.